Aku di sini di negri yg kata org subur,tapi sedikit org yg makmur,karna banyak tokoh kurawa yg hijrah dr alam baka,membawa bencana di negri yg kaya"..
inilah kisah di negri yg penuh dg org serakah,penuh dg kemunafikan dan ketidakadilan,karna keadilan bagi para durjana adalah sebuah permainan,dan hukum adalah hal yg mutlak bagi org yg melarat..
Di negri di mana kekuasaan menjadi rebutan bagi org2 yg haus akan jabatan,di sinilah pentas yg sangat menjijikan,para pemimpin seolah tuli akan jeritan negri yg ingin lepar dari tirani,nuraninya seolah sudah terbeli oleh harta para durjana,yg hartanya pun hasil dari jiwa2 yg tak berdaya,perebutan tahta dg cara hina pun sudah menjadi hal yg biasa,undang2 hanya sebuah hiasan pormalitas,karna pasal2nya pun bisa di permainkan...,apakah petinggi negri sudah bisa di sebut pemimpin,terlalu jauh dr depinisi pemimpin...
Disisi lain di sini saat aku melihat diri sendiri,atas apa yg terjadi saat ini,haruskah menyesali,ataukah benci pd semua ini...
Apakah ini titik nadir hidup...,aku jenuh menonton opera derita bangsa yg di penuhi trik licik para ifrit...,,saat lelah melihat gambar kusutmu,ku menoleh ke belakang atas hidupku,ternyata banyak mimpi yg tertinggalkan,ku menatap masalaluku yg tergambar penuh kesedihan,,tapi kesedihan itu bukan nista atau pun cela.,dan saat ku melihat ke depan,tergambar jelas jalan yg panjang penuh dg kehampaan,beruntung aku mempunyai asa dan keyakinan..
Negriku aku ingin kita seperti bola karet,bila di jatuhkan akan memantul,bukan seperti telur bila terjatuh akan pecah...
Dan yg kita butuhkan adalah sebuah perubahan,karena itulah hal yg benar2 mutlak,perubahan adalah keniscayaan..
*sebuah jiwa yg sedang terluka dan tak berdaya dg sisa2 tenaga mengumpulkan serpihan asa
inilah kisah di negri yg penuh dg org serakah,penuh dg kemunafikan dan ketidakadilan,karna keadilan bagi para durjana adalah sebuah permainan,dan hukum adalah hal yg mutlak bagi org yg melarat..
Di negri di mana kekuasaan menjadi rebutan bagi org2 yg haus akan jabatan,di sinilah pentas yg sangat menjijikan,para pemimpin seolah tuli akan jeritan negri yg ingin lepar dari tirani,nuraninya seolah sudah terbeli oleh harta para durjana,yg hartanya pun hasil dari jiwa2 yg tak berdaya,perebutan tahta dg cara hina pun sudah menjadi hal yg biasa,undang2 hanya sebuah hiasan pormalitas,karna pasal2nya pun bisa di permainkan...,apakah petinggi negri sudah bisa di sebut pemimpin,terlalu jauh dr depinisi pemimpin...
Disisi lain di sini saat aku melihat diri sendiri,atas apa yg terjadi saat ini,haruskah menyesali,ataukah benci pd semua ini...
Apakah ini titik nadir hidup...,aku jenuh menonton opera derita bangsa yg di penuhi trik licik para ifrit...,,saat lelah melihat gambar kusutmu,ku menoleh ke belakang atas hidupku,ternyata banyak mimpi yg tertinggalkan,ku menatap masalaluku yg tergambar penuh kesedihan,,tapi kesedihan itu bukan nista atau pun cela.,dan saat ku melihat ke depan,tergambar jelas jalan yg panjang penuh dg kehampaan,beruntung aku mempunyai asa dan keyakinan..
Negriku aku ingin kita seperti bola karet,bila di jatuhkan akan memantul,bukan seperti telur bila terjatuh akan pecah...
Dan yg kita butuhkan adalah sebuah perubahan,karena itulah hal yg benar2 mutlak,perubahan adalah keniscayaan..
*sebuah jiwa yg sedang terluka dan tak berdaya dg sisa2 tenaga mengumpulkan serpihan asa
permisi..,
BalasHapusmau liat-liat om.,
hheee
kalo ada waktu boleh jg silaturahmi ke http://uncleyono.blogspot.com/